Dampak Digitalisasi Terhadap Pelayanan di Rumah Sakit

May 05, 2025

Dilihat : 30 Orang

Dampak Digitalisasi Terhadap Pelayanan di Rumah Sakit

Oleh : dr. Sangidu, MARS ( Kepala Seksi Pelayanan Medik RSUD Kabupaten Jombang )

 

  1. Pendahuluan

               Digitalisasi telah menjadi salah satu pendorong utama perubahan dalam berbagai sektor, termasuk sektor kesehatan. Di rumah sakit, implementasi teknologi digital tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas pelayanan kepada pasien. Menurut laporan dari World Health Organization (WHO, 2020), lebih dari 60% rumah sakit di seluruh dunia telah mengadopsi beberapa bentuk digitalisasi dalam sistem pelayanan mereka. Hal ini mencakup penggunaan rekam medis elektronik (RME), telemedicine, dan aplikasi mobile untuk manajemen pasien.

              Digitalisasi dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit bertujuan untuk mengatasi beberapa tantangan klasik, seperti antrian yang panjang, kesalahan dalam pengobatan, dan kurangnya akses informasi yang cepat dan akurat. Sebuah studi yang dilakukan oleh McKinsey & Company (2021) menunjukkan bahwa rumah sakit yang mengimplementasikan sistem digitalisasi dapat mengurangi waktu tunggu pasien hingga 30% dan meningkatkan akurasi diagnosis hingga 25%. Ini menunjukkan bahwa digitalisasi bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang peningkatan pengalaman pasien dan hasil kesehatan.

             Namun, meskipun banyak keuntungan yang ditawarkan, proses digitalisasi juga menghadapi berbagai tantangan. Beberapa di antaranya termasuk resistensi dari tenaga medis, kebutuhan untuk pelatihan yang memadai, serta masalah keamanan data pasien. Menurut laporan dari HealthIT.gov (2022), sekitar 40% tenaga kesehatan merasa tidak siap untuk beradaptasi dengan teknologi baru. Oleh karena itu, penting untuk memahami secara mendalam dampak digitalisasi terhadap pelayanan di rumah sakit agar dapat mengoptimalkan manfaatnya dan meminimalkan risiko yang ada.
     

  2. Penerapan Rekam Medis Elektronik (RME)

              Rekam medis elektronik (RME) merupakan salah satu contoh paling signifikan dari digitalisasi di rumah sakit. RME memungkinkan penyimpanan data medis pasien dalam format digital, yang dapat diakses dengan mudah oleh tenaga kesehatan. Menurut survei yang dilakukan oleh American Hospital Association (AHA, 2021), lebih dari 85% rumah sakit di Amerika Serikat telah mengadopsi sistem RME. Hal ini menunjukkan bahwa RME menjadi standar baru dalam penyimpanan dan pengelolaan informasi pasien.

               Keuntungan utama dari RME adalah kemudahan akses informasi. Dengan RME, dokter dapat dengan cepat mengakses riwayat kesehatan pasien, hasil laboratorium, dan informasi penting lainnya tanpa harus mencari berkas fisik. Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Medical Internet Research (2020) menemukan bahwa penggunaan RME dapat mengurangi waktu yang dihabiskan dokter untuk mencari informasi hingga 50%. Ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga memungkinkan dokter untuk memberikan perawatan yang lebih baik dan lebih cepat kepada pasien.

              Namun, implementasi RME juga menghadapi tantangan. Salah satunya adalah masalah privasi dan keamanan data. Menurut Cybersecurity & Infrastructure Security Agency (CISA, 2022), lebih dari 60% rumah sakit mengalami pelanggaran data dalam satu tahun terakhir. Ini menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana data pasien dikelola dan dilindungi. Oleh karena itu, penting bagi rumah sakit untuk mengembangkan kebijakan keamanan yang kuat dan melibatkan tenaga kesehatan dalam pelatihan keamanan siber untuk melindungi informasi pasien.
     

  3. Aplikasi Mobile untuk Manajemen Pasien

               Aplikasi mobile telah menjadi alat yang berharga dalam manajemen pasien di rumah sakit. Dengan aplikasi ini, pasien dapat mengakses informasi kesehatan mereka, menjadwalkan janji temu, dan berkomunikasi dengan tenaga medis secara langsung. Menurut laporan dari Global Market Insights (2021), pasar aplikasi kesehatan diperkirakan akan mencapai USD 200 miliar pada tahun 2026, menunjukkan minat yang besar dalam teknologi ini.

              Salah satu contoh aplikasi yang sukses adalah MyChart, yang memungkinkan pasien untuk mengelola kesehatan mereka dari ponsel pintar. Sebuah studi oleh Health Affairs (2022) menunjukkan bahwa pengguna MyChart memiliki tingkat kepuasan 90% dalam hal kemudahan penggunaan dan aksesibilitas informasi. Aplikasi semacam ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan pasien dalam perawatan mereka, tetapi juga membantu rumah sakit dalam mengelola data pasien dengan lebih efisien.

                 Namun, tantangan juga muncul dalam penggunaan aplikasi mobile. Tidak semua pasien memiliki akses ke smartphone atau internet, yang dapat menciptakan kesenjangan dalam pelayanan. Menurut Pew Research Center (2021), sekitar 15% orang dewasa di AS tidak memiliki akses ke internet. Oleh karena itu, penting bagi rumah sakit untuk mempertimbangkan cara-cara alternatif dalam menjangkau pasien yang tidak memiliki akses ke teknologi digital.
     

  4. Kesimpulan
              Digitalisasi di rumah sakit membawa banyak manfaat, termasuk peningkatan efisiensi, aksesibilitas, dan kualitas pelayanan. Namun, tantangan seperti privasi data, resistensi dari tenaga kesehatan, dan kesenjangan akses teknologi harus diatasi untuk memaksimalkan potensi digitalisasi. Dengan pemahaman yang mendalam tentang dampak digitalisasi, rumah sakit dapat merancang strategi yang efektif untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan memenuhi kebutuhan pasien di era digital saat ini.